4. Penyakit saraf (neuropati diabetik) dan pencegahannya
Rusaknya saraf akibat tingginya glukosa dan tekanan darah ini mempengaruhi pencernaan, fungsi ereksi, dan ekstremitas, terutama kaki. Setengah dari penderita diabetes mengalami kerusakan saraf. Neuropati perifer dapat menyebabkan nyeri, kesemutan, dan kehilangan rasa, yang dapat menyebabkan infeksi dan amputasi. Penderita diabetes mempunyai risiko lebih tinggi mengalami amputasi anggota tubuh bagian bawah. Namun, penanganan komprehensif dan pemeriksaan kaki secara teratur dapat mencegah hal ini.
Gula darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik. Kita dapat mencegah atau memperlambat perkembangannya dengan menjaga gula darah sedekat mungkin dengan kisaran target dan menjaga gaya hidup sehat.
Kerusakan saraf merupakan salah satu kemungkinan komplikasi akibat kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu lama. Gula darah tinggi merusak saraf, dan saraf ini mungkin berhenti mengirimkan pesan ke berbagai bagian tubuh. Kerusakan saraf dapat menyebabkan gangguan kesehatan mulai dari mati rasa ringan hingga nyeri yang membuat sulit melakukan aktivitas normal.
Ada empat jenis utama kerusakan saraf. Gejalanya tergantung pada jenis kerusakan saraf yang kita alami dan saraf mana yang terkena. Kerusakan saraf tepi, kerusakan ini munculnya rasa “kesemutan”, merasa seperti mengenakan kaus kaki atau sarung tangan padahal sebenarnya tidak. Kaki dapat sangat sensitif terhadap sentuhan, bahkan sprei pun bisa terasa sakit. Ini semua adalah gejala kerusakan saraf tepi. Kerusakan saraf tepi mempengaruhi tangan, kaki, tungkai, dan lengan, dan merupakan jenis kerusakan saraf yang paling umum terjadi pada penderita diabetes. Biasanya dimulai di kaki, umumnya di kedua kaki sekaligus.
Gejala lain mungkin termasuk: nyeri atau peningkatan kepekaan, terutama pada malam hari, mati rasa atau kelemahan, masalah kaki yang serius seperti bisul, infeksi, serta nyeri tulang dan sendi, mungkin tidak menyadari adanya tekanan atau cedera yang menyebabkan lecet atau luka, yang dapat menyebabkan infeksi, luka yang tidak kunjung sembuh, atau bisul.
Kerusakan saraf pencernaan, kerusakan saraf ini dapat menyebabkan otot-otot di saluran pencernaan melambat atau berhenti bekerja. Kerusakan saraf otonom, kerusakan saraf ini mempengaruhi jantung, kandung kemih, lambung, usus, organ seks, atau mata. Gejala mungkin termasuk: masalah kandung kemih atau usus yang dapat menyebabkan kebocoran urin, sembelit, atau diare; mual, kehilangan nafsu makan, dan muntah; perubahan cara mata menyesuaikan diri dari terang ke gelap; penurunan respons seksual, termasuk kesulitan ereksi pada pria atau kekeringan vagina pada wanita; kerusakan saraf proksimal yang mempengaruhi saraf di paha, pinggul, bokong, atau kaki dan kesulitan memfokuskan penglihatan atau mengalami penglihatan ganda. Kerusakan saraf proksimal mempengaruhi saraf di paha, pinggul, bokong, atau kaki. Hal ini juga dapat mempengaruhi area perut dan dada. Kerusakan saraf fokal mempengaruhi saraf tunggal, paling sering di tangan, kepala, batang tubuh, atau kaki.
Penderita diabetes dapat mengalami kerusakan saraf, namun faktor-faktor berikut meningkatkan risikonya, yaitu: kadar gula darah yang sulit dikendalikan, menderita diabetes dalam jangka waktu lama, terutama jika gula darah sering kali lebih tinggi dari kadar target, kelebihan berat badan, memiliki tekanan darah dan kolesterol tinggi.
Tips mencegah atau menunda kerusakan saraf dengan menjaga gula darah sedekat mungkin dengan kisaran target merupakan cara terbaik untuk membantu mencegah atau menunda kerusakan saraf. Hal lain yang dapat dilakukan adalah: jaga tekanan darah di bawah 140/90 mm Hg (target), latihan atau aktivitas fisik secara teratur, menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan, hindari alkohol, berhenti merokok, dan makan makanan bergizi.
5. Gangguan di mulut dan pencegahannya
Komplikasi di mulut akibat diabetes meningkatkan risiko peradangan gusi (periodontitis), penyebab utama kehilangan gigi. Periodontitis juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Pemeriksaan mulut secara teratur membantu mendeteksi kondisi dan diabetes yang tidak terdiagnosis, sehingga membantu penanganan komplikasi mulut secara tepat waktu. Kunjungan tahunan dianjurkan untuk gejala penyakit gusi, seperti pendarahan dan pembengkakan.
Mulut yang sehat penting bagi semua orang, tetapi gula darah tinggi dapat mempersulit menjaga kesehatan mulut. Merawat gigi menjadi lebih penting bagi penderita diabetes. Bagaimanapun, pertahankan senyum itu di wajah kita! Dengan mengelola diabetes, berarti juga mengelola lebih dari sekadar gula darah. Kita membantu mencegah penyakit gusi dan infeksi lain di mulut.
Jika kadar gula dalam darah tinggi, maka kadar gula di dalam air liur juga tinggi. Bakteri dalam plak, lapisan lengket, menggunakan gula sebagai makanan atau substrat. Beberapa bakteri ini dapat menyebabkan kerusakan gigi, gigi berlubang, dan penyakit gusi. Jika gigi tidak dirawat juga dapat menyebabkan gigi tanggal. Penyakit gusi bisa menjadi lebih parah dan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh jika menderita diabetes. Jika kita menderita penyakit gusi, diabetes kita pun mungkin akan lebih sulit dikendalikan.
Berikut beberapa tips penting agar mulut kita sehat: sikat gigi setidaknya dua kali sehari dengan pasta gigi berfluorida, memberitahu dokter gigi jika menderita diabetes; jika gusinya merah, bengkak, atau mudah berdarah segera temui dokter gigi; jika merokok, berhentilah, karena merokok meningkatkan risiko penyakit gusi dan memperburuk diabetes.
Baca juga: Xilitol, Pemanis Alami Pelindung Gigi
6. Diabetes gestinal dan pencegahannya
Diabetes saat hamil dapat menimbulkan komplikasi dan risiko pada janin jika tidak ditangani dengan hati-hati. Wanita dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 harus mencapai target kadar glukosa sebelum pembuahan untuk mencegah kemungkinan kerusakan organ janin. Glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan berat badan janin berlebih dan komplikasi saat melahirkan serta meningkatkan risiko anak terkena diabetes di kemudian hari. Semua wanita penderita diabetes selama kehamilan harus berusaha mencapai target kadar glukosa darah untuk meminimalkan komplikasi.
Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang dapat berkembang selama kehamilan pada wanita yang belum menderita diabetes. Mengelola diabetes gestasional akan membantu memastikan kita memiliki kehamilan yang sehat dan bayi yang sehat. Diabetes gestasional terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin selama kehamilan. Selama kehamilan, tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon dan mengalami perubahan lainnya, seperti penambahan berat badan. Perubahan ini menyebabkan sel-sel tubuh menggunakan insulin secara kurang efektif, suatu kondisi yang disebut resistensi insulin. Resistensi insulin meningkatkan kebutuhan tubuh akan insulin. Semua wanita hamil mengalami resistensi insulin selama akhir kehamilan. Namun, beberapa wanita mengalami resistensi insulin bahkan sebelum mereka hamil. Sekitar 50% wanita dengan diabetes gestasional terus berkembang ke arah diabetes tipe 2, namun mereka dapat menurunkan risiko dengan mencapai berat badan yang sehat setelah melahirkan.
Pencegahan diabetes gestasional dapat dilakukan dengan dengan menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan dan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Jangan mencoba menurunkan berat badan jika sudah hamil. Perlu menambah berat badan, tetapi jangan terlalu cepat, agar bayi sehat.
7. Gangguan pada kaki dan pencegahannya
Sekitar setengah dari penderita diabetes mengalami kerusakan saraf. Kita dapat mengalami kerusakan saraf di bagian tubuh mana pun, namun saraf di kaki dan tungkai paling sering terkena dampaknya. Kerusakan saraf dapat menyebabkan kehilangan rasa pada kaki. Beberapa orang dengan kerusakan saraf mengalami mati rasa, kesemutan, atau nyeri, namun ada pula yang tidak menunjukkan gejala. Kerusakan saraf juga dapat menurunkan kemampuan untuk merasakan sakit, panas, atau dingin.
Hidup tanpa rasa sakit kedengarannya bagus, tetapi biayanya mahal. Rasa sakit adalah cara tubuh memberi tahu kita ada sesuatu yang salah sehingga kita bisa menjaga diri sendiri. Terkadang luka atau bisul di kaki tidak kunjung sembuh, dan mungkin diperlukan amputasi.
Selain menjaga kadar gula darah, kebiasaan pengelolaan diabetes yang baik lainnya juga dapat membantu: jangan merokok, karena merokok mengurangi aliran darah ke kaki, makan makanan yang sehat, termasuk lebih banyak buah dan sayuran serta lebih sedikit gula dan garam, aktiflah secara fisik selama 10 hingga 20 menit sehari lebih baik daripada satu jam seminggu sekali.
Cuci kaki setiap hari dengan air hangat (bukan air panas). Jangan merendam kaki. Keringkan kaki sepenuhnya dan oleskan losion pada bagian atas dan bawah, tetapi jangan di sela-sela jari kaki, karena dapat menyebabkan infeksi.
Jangan pernah bertelanjang kaki. Selalu kenakan sepatu dan kaus kaki atau sandal, bahkan di dalam ruangan, untuk menghindari terjadinya cedera. Pastikan tidak ada kerikil atau benda lain di dalam sepatu dan gunakan dengan lapisannya halus. Potong kuku kaki yang panjang. Jaga agar darah tetap mengalir da angkat kaki saat duduk, dan goyangkan jari-jari kaki selama beberapa menit beberapa kali sepanjang hari. Pilih aktivitas yang ramah kaki seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang.
8. Gangguan Pendengaran dan solusinya
Diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf yang mempengaruhi banyak bagian tubuh, termasuk tangan, kaki, mata, dan ginjal. Diabetes juga dapat menyebabkan kerusakan saraf di telinga. Seiring waktu, kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil dan saraf di telinga bagian dalam. Gula darah rendah dari waktu ke waktu dapat merusak perjalanan sinyal saraf dari telinga bagian dalam ke otak. Kedua jenis kerusakan saraf ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Gangguan pendengaran dua kali lebih umum terjadi pada penderita diabetes dibandingkan pada orang pada usia yang sama yang tidak menderita diabetes. Bahkan orang dengan pradiabetes (kadar gula darah lebih tinggi dari normal tetapi belum cukup tinggi untuk menderita diabetes tipe 2) memiliki tingkat gangguan pendengaran 30% lebih tinggi dibandingkan orang dengan kadar gula darah normal.
Tanda-tanda gangguan pendengaran antara lain: sering meminta orang lain mengulanginya, kesulitan mengikuti percakapan dengan lebih dari satu orang, berpikir bahwa orang lain sedang bergumam, masalah pendengaran di tempat yang bising, kesulitan mendengar suara anak kecil dan orang lain yang suaranya pelan, menaikkan volume TV atau radio terlalu keras bagi orang lain di dekatnya, masalah pada telinga bagian dalam juga dapat memengaruhi keseimbangan tubuh.
Tips berikut untuk membantu melindungi telinga ialah menjaga gula darah sedekat mungkin dengan target, hindari penyebab gangguan pendengaran lainnya, termasuk suara keras, dan periksa ke dokter. Kehilangan pendengaran dapat membuat penderita diabetes dan keluarga frustasi, dan dapat mempengaruhi kehidupan sosialnya.
9. Gangguan mental dan solusinya
Kesehatan mental memengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari, termasuk cara berpikir dan merasakan, menangani stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat pilihan. Pikiran, perasaan, keyakinan, dan sikap dapat memengaruhi seberapa sehat tubuh kita. Masalah kesehatan mental yang tidak diobati dapat memperburuk diabetes, dan masalah diabetes dapat memperburuk masalah kesehatan mental. Namun untungnya jika salah satu menjadi lebih baik, yang lainnya cenderung menjadi lebih baik juga.
Penderita diabetes 2 hingga 3 kali lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan orang tanpa diabetes. Hanya 25% hingga 50% penderita diabetes yang mengalami depresi dapat didiagnosis dan diobati. Namun penggunaat obat dari dokter atau terapi atau keduanya, biasanya sangat efektif, dan tanpa pengobatan, depresi seringkali menjadi lebih buruk, bukannya membaik.
Depresi adalah penyakit medis yang menyebabkan perasaan sedih dan sering kali kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasa dapat dinikmati. Hal ini dapat mengganggu kinerja Anda di tempat kerja dan di rumah, termasuk dalam merawat diabetes diri sendiri. Jika diri sendiri tidak mampu mengelola diabetes dengan baik, risiko komplikasi diabetes seperti penyakit jantung dan kerusakan saraf akan meningkat.
Gejala depresi bisa ringan hingga berat, dan meliputi: merasa sedih atau kosong, kehilangan minat pada aktivitas favorit, makan berlebihan atau tidak ingin makan sama sekali, tidak bisa tidur atau terlalu banyak tidur, mengalami kesulitan berkonsentrasi atau mengambil keputusan, merasa sangat lelah, merasa putus asa, mudah tersinggung, cemas, atau bersalah, mengalami pegal atau nyeri, sakit kepala, kram, atau masalah pencernaan, memiliki pikiran untuk bunuh diri atau kematian.
Kadar gula darah juga dipengaruhi oleh hormon stres yang membuat gula darah naik atau turun secara tak terduga, dan stres karena sakit atau cedera bisa membuat gula darah naik. Stres dalam waktu lama dapat menyebabkan masalah kesehatan lain atau memperburuknya. Demikian halnya, penderita diabetes 20% lebih mungkin mengalami kecemasan pada suatu saat dalam hidupnya dibandingkan mereka yang tidak menderita diabetes. Mengelola kondisi jangka panjang seperti diabetes merupakan sumber kecemasan utama bagi sebagian orang.
Penelitian menunjukkan bahwa terapi untuk mengatasi kecemasan biasanya bekerja lebih baik daripada obat-obatan, namun terkadang keduanya memberikan hasil yang paling baik. Hal-hal dapat membantu menurunkan stres dan kecemasan ialah menjadi aktif: bahkan berjalan cepat pun bisa menenangkan, dan efeknya bisa bertahan berjam-jam, melakukan beberapa latihan relaksasi, seperti meditasi atau yoga, menelepon atau mengirim SMS ke teman yang memahami kita, beristirahat yang cukup, pergilah keluar atau baca sesuatu yang menyenangkan, apa pun yang membantu dapat memulihkan tenaga, membatasi alkohol dan kafein, mengonsumsi makanan sehat, dan tidur yang cukup. Jika tekanan (distress) diabetes bisa terlihat seperti depresi atau kecemasan, tetapi tidak cukup efektif diobati dengan obat-obatan, maka dapat konsultasi dengan ahli endokrinologi untuk perawatan diabetes atau bimbingan ke konselor kesehatan mental yang berspesialisasi dalam kondisi kesehatan kronis.
D. Komplikasi Emerging
Menurut Tomic dkk. (2022), komplikasi diabetes dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu komplikasi tradisional (utama) dan komplikasi yang muncul (emerging). Komplikasi umum meliputi penyakit ginjal diabetik, retinopati, neuropati perifer, penyakit jantung coroner, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 (kiri) dan telah dijelaskan di atas. Adapun komplikasi diabetes yang dapat terjadi pada berbagai organ tubuh dengan implikasi penyakitnya seperti stroke, jantung (kardiovaskuler), nefropati diabetik, neuropati diabetik, retinopati diabetik, penyakit gigi dan gusi, vaskuler peripheral, dan gangguang kaki ditunjukkan pada Gambar 5. Dengan kemajuan dalam penatalaksanaan diabetes melitus, hubungan antara diabetes melitus dengan kanker, infeksi, disabilitas fungsional dan kognitif, penyakit hati, dan gangguan afektif semakin meningkat, seperti yang ditunjukan pada Gambar 4 (kanan).
Hasil penelitian Tarigan dkk. (2015) dengan menggunakan 155 subjek, sebagian besar perempuan (59%) dan berusia lanjut (46%), melaporkan bahwa prevalensi komplikasi kronis diabetes sebesar 69%. Komplikasi kronis ini terdiri dari mikroangiopati 56%, makroangiopati 7%, dan kombinasi keduanya 27%. Mikroangiopati mencakup nefropati diabetik (2%), retinopati diabetik (7%), neuropati diabetik (38%), serta campuran (53%). Makroangiopati mencakup penyakit jantung koroner (46%), penyakit arteri perifer (19%), stroke (18%), dan campuran (17%). Hasil tersebut menunjukkan korelasi yang signifikan secara statistik antara durasi diabetes dengan neuropati diabetik (nilai p = 0,003).
Lebih lanjut, Tomic ddk. (2022) mengemukakan dengan kemajuan dalam pengelolaan diabetes melitus, muncul bukti peningkatan risiko dan beban komplikasi diabetes melitus yang kurang diketahui. Seiring dengan menurunnya angka kematian akibat penyakit pembuluh darah, kanker dan demensia telah menjadi penyebab kematian pada penderita diabetes melitus. Diabetes mellitus dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai jenis kanker, terutama kanker saluran cerna dan kanker khusus wanita. Rawat inap dan kematian akibat berbagai infeksi, termasuk Covid-19, pneumonia, infeksi kaki dan ginjal, meningkat pada penderita diabetes melitus. Disabilitas kognitif dan fungsional, penyakit hati berlemak non-alkohol, dan depresi juga sering terjadi pada penderita diabetes melitus. Ketika komplikasi baru diabetes melitus terus bermunculan, penatalaksanaan penyakit ini harus dilihat secara holistik, dan pedoman skrining harus mempertimbangkan kondisi seperti kanker, penyakit hati, dan depresi.
Bacajuga: Mau lebih sehat, Awet Muda, dan Berumur Panjang? “Berpuasalah!”
E. Penutup
Sebagaimana dijelaskan terdahulu, sesungguhnya risiko komplikasi diabetes dapat dikurangi secara signifikan melalui deteksi dini, pengobatan tepat waktu, dan perawatan diri yang terinformasi. Sosialisasi, edukasi dan kesadaran masyarakat akan diabetes untuk mendukung deteksi dini dan pengelolaan komplikasi masih harus digiatkan. Penyakit gangguan metabolism ini sering kali tidak terdeteksi sampai ada satu atau lebih komplikasi yang muncul. Sementara itu telah diketahui bahwa informasi dan perawatan yang tepat dapat mengurangi risiko komplikasi diabetes secara signifikan. Selain itu, untuk menunda atau mencegah diabetes tipe 2, setiap orang dapat melakukan tahapan: (1) mengetahui tingkat risiko diabetes, (2) mengetahui apa yang harus dicari, atau diperlukan dan (3) mengetahui cara meresponsnya. Untuk itu, setiap individu wajib mempelajari risiko diabetes, berikutnya masyarakat dan terutama pemerintah yang bergerak di bidang kesehatan, khususnya yang menangani diabetes juga terus meningkatkan akses terhadap diagnosis dan perawatan diabetes.
Pustaka
Arif, A. 2023. Sindrom Metabolik. Diabetes Menjadi Penyakit Kronis dengan Pertumbuhan Tercepat di Dunia. Kompas, 23 Juni 2023.
Genuth SM, Palmer JP, Nathan DM. Classification and Diagnosis of Diabetes. In: Cowie CC, Casagrande SS, Menke A, et al., editors. Diabetes in America. 3rd edition. Bethesda (MD): National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (US); 2018 Aug. CHAPTER 1. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568014/
https://childrenwithdiabetes.com/wp-content/uploads/Kids-What_is_Diabetes_Insulin-01.png
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/04/18/ada-41-ribu-penderita-diabetes-tipe-1-di-indonesia-pada-2022-terbanyak-di-asean
https://diabetesatlas.org/atlas/t1d-index-2022/#:~:text=Given%20that%20only%201.52%20million,stark%20gap%20in%20the%20research.
https://diatribe.org/weight-loss-can-help-you-prevent-diabetes-complications
https://www.cdc.gov/diabetes/basics/gestational.html
https://www.cdc.gov/diabetes/library/features/diabetes-and-heart.html
https://www.cdc.gov/diabetes/library/features/diabetes-nerve-damage.html
https://www.cdc.gov/diabetes/library/features/healthy-feet.html
https://www.cdc.gov/diabetes/managing/diabetes-kidney-disease.html
https://www.cdc.gov/diabetes/managing/diabetes-oral-health.htmlhttps://www.cdc.gov/diabetes/managing/diabetes-hearing-loss.html
https://www.cdc.gov/diabetes/managing/diabetes-vision-loss.html
https://www.cdc.gov/diabetes/managing/mental-health.html
https://www.diabetesatlas.org/data/en/country/94/id.html
https://www.endocrine.org/patient-engagement/endocrine-library/diabetes-complications
https://www.nature.com/articles/s41574-022-00690-7
https://www.sciencephoto.com/media/222883/view/charles-best-and-sir-frederick-banting
https://www.umassmed.edu/dcoe/diabetes-education/patient-resources/banting-and-best-discover-insulin/#:~:text=Banting%20%26%20Best%3A%20The%20Discovery%20of%20Insulin&text=The%20breakthrough%20research%20took%20place,produced%20normal%20blood%20glucose%20levels.
Tarigan TJ, Yunir E, Subekti I, Pramono LA, Martina D. Profile and analysis of diabetes chronic complications in Outpatient Diabetes Clinic of Cipto Mangunkusumo