• Gout merupakan ‘disease of kings and king of diseases.
  • Sekitar 50% dari serangan akut pertama kali akan menyerang jempol kaki dan 90% pasien akan menderita gout dari jempol kaki.
  • Goat dapat menyebabkan disfungsi ereksi
  • Risiko goat dapat dikurangi dengan menerapkan diet seimbang dengan menghindari konsumsi alkohol, makanan yang tinggi purin dan fruktosa

Penyakit gout telah dikenali sejak jaman dahulu kala, sekitar 4000-an tahun lalu. Hippocrates, Bapak Kedokteran Dunia, pernah menyampaikan, pada masa Golden Age of Greece, gout awal mulanya hanya diderita oleh orang kaya, terutama pria paruh baya kelompok kelas atas (kaya). Tidak mengherankan jika akhirnya gout disebut sebagai “disease of kings and king of diseases”. Penyakitnya para raja dan rajanya penyakit. Disebut demikian, karena gout diderita oleh para raja, termasuk juga negarawan, artis dan ilmuwan yang notabene mereka makannya yang enak-enak, banyak mengandung protein (purin). Mereka itu, misalnya Alexander the Great, Henry VIII, Benjamin Franklin, Voltaire, Isaac Newton, Charles Darwin, dan Leonardo da Vinci. Disebut rajanya penyakit, karena tingkat rasa sakitnya, jika skala rasa paling sakit diberi skor 10, maka goat memiliki skor 9 atau 10, rasa sakitnya tak terperikan!

Asam Urat Sebabkan Gout

Gout adalah peradangan sendi yang disebabkan oleh menumpuknya kristal asam urat. Kristal ini dapat terbentuk karena tingginya kadar asam urat serum di dalam tubuh kita yang melampaui titik jenuhnya, dan akhirnya terbentuklah kristal monosodium urat. Endapan kristal yang terbentuk terutama terakumulasi di sendi perifer dan jaringan di sekitarnya, termasuk di ginjal, yang dapat menyebabkan batu ginjal.

Di dalam plasma darah manusia, kadar asam urat normal berkisar 3,4-7,2 mg/dl (200-430 μmol/l) untuk pria, dan 2,4-6,1 mg/dl (140-360 μmol/l) untuk wanita, sedangkan di dalam urin, kadar asam urat normal yang dikumpulkan selama 24 jam atau per hari berkisar 250-750 mg (1,48-4,43 milimol). Kadar asam urat di atas normal di dalam plasma darah dan urin berturut-turut disebut hiperurisemia dan hiperurisosuria.  Meskipun demikian, kadar asam urat yang tinggi tersebut tidak selalu menyebabkan gout.

            Asam urat (C5H4N4O3) disintesis dari purin (adenine dan guanine sebagai prekusor atau senyawa awal) terutama di hati, usus dan jaringan lain seperti otot, ginjal dan endotelium vascular. Sekitar dua pertiga dari total urat dihasilkan oleh  tubuh sendiri (endogen), sementara sepertiga sisanya diproduksi dari luar tubuh (eksogen), yaitu dari makanan yang kita konsumsi, terutama diet kaya purin yang berasal dari protein hewani. Sekitar 70% urat yang diproduksi setiap hari akan diekskresikan melalui ginjal bersama dengan urin, sedangkan sisanya dikeluarkan melalui saluran pencernaan yang terbuang bersama feses. Melimpahnya kadar asam urat dapat disebabkan oleh tingginya produksi asam urat, tetapi tidak diimbangi dengan pengeluarannya yang cukup atau bahkan sangat rendah.

Serangan gout ditandai rasa nyeri yang luar biasa dan mendadak, bengkak dan terasa hangat pada sendi. Gout biasanya menyerang sendi jempol kaki, tetapi juga dapat mempengaruhi sendi lain seperti pergelangan kaki, tumit, lutut, tendon Achilles, pergelangan tangan, jari kaki atau siku. Sekitar 50% dari serangan akut pertama kali akan menyerang jempol kaki dan 90% pasien akan menderita gout dari jempol kaki di beberapa titik selama perjalanan penyakit tersebut. Mengapa mesti jempol kaki? Beberapa meyakini, karena jempol kakilah yang paling besar menerima tekanan berat tubuh selama berjalan, dan jempol kakilah bagian tubuh kita yang lebih dingin daripada bagian tengah tubuh kita dan kristal asam urat akan lebih mudah terbentuk pada suhu yang lebih dingin.

Gout Sebabkan Disfungsi Ereksi

            Tingginya kadar usam urat tidak saja dapat menyebabkan gout, tetapi lebih lanjut penyakit ini meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung, hipertensi, gagal ginjal, dan disfungsi ereksi (DE). DE merupakan ketidakmampuan pria untuk mencapai dan mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk memungkinkan dapat memuaskan di dalam hubungan seksual. DE pada umumnya dialami oleh sekitar 50% pria berusia 40 hingga 70 tahun (Groven dkk., 2006). Sebagaimana disampaikan oleh Naomi Schlesinger dari Rutgers Robert Wood Johnson Medical School di New Brunswick, New Jersey, dan koleganya pada Annual European Congress of Rheumatology di Madrid, 14-17 Juni 2017, dalam penelitiannya yang melibatkan 38.438 pasien dengan gout (usia rata-rata 63,6 tahun) dan 154.332 pasien tanpa gout selama 5 tahun, bahwa terjadi peningkatan risiko DE pada penderita gout sebesar 15% lebih tinggi daripada kelompok yang tidak mengalami sakit gout.

Ketika para peneliti membatasi analisisnya hanya pada pasien gout yang menerima pengobatan anti-gout (31.227 pasien), maka gout dapat berkaitkan dengan terjadinya peningkatan risiko insiden DE sebesar 29%. Dalam penelitiannya sebelumnya, yang dimuat di The Journal of Rheumathology (2015), Dr. Schlesinger dan rekannya melaporkan dari studi cross-sectional terhadap pria berusia 18 hingga 89 tahun yang menunjukkan bahwa sebagian besar pasien dengan gout mengalami DE (63,76%) dibandingkan dengan pasien tanpa gout (60,51%) dan sebagian besar pasien dengan gout mengalami DE parah (22, 26%) dibandingkan pasien tanpa gout (17,15%).

Bukti lain, juga dilaporkan oleh Chao-Yu Hsu, Center for General Education, National Taichung University of Science and Technology, Taichung, Taiwan, dan koleganya yang dimuat di European Journal of Internal Medicine (2015), dalam penelitiaannya yang melibatkan 35.265 pasien gout dan 70.529  pasien tanpa gout sebagai kontrol, menunjukkan bahwa pasien gout memiliki risiko 1,52 kali lebih besar pada penderita DE organik (penyakit karena medis)  dan 1,18 kali lebih besar pada penderita DE psikologik. Risiko DE lebih besar juga terjadi di antara pasien gout yang memiliki penyakit-penyakit lainnya (komorbiditas), seperti penyakit ginjal kronis, diabetes, hiperlipidemia, depresi, dan kecemasan yang berturut-turut sebesar 47%, 31%, 50%, 101% dan 50%.

Dalam studi secara terpisah yang diterbitkan pada The Journal of Rheumatology (2015), Wei-Sheng Chung, MD, dari Rumah Sakit Taichung, Taichung, Taiwan, dan rekan membandingkan 19.383 pria dengan gout dan 77.472 kontrol tanpa gout, yang berumur  64 tahun atau lebih muda, berkesimpulan bahwa pria dengan gout memiliki peningkatan risiko DE  sebesar 21% dibandingkan yang tanpa gout (kontrol) dan pasien  dengan gout dan komorbiditas memiliki peningkatan risiko 2 kali lipat untuk terjadinya pengembangan  DE dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki gout atau komorbiditas.

Mekanisme DE

Hasil penelitian tersebut di atas hanya mengemukakan hubungan antara gout dengan DE, tetapi belum dapat menjelaskan bagaimana mekanismenya asam urat dan gout itu menyebabkan DE. Meskipun demikian, beberapa ahli menduga penumpukan berlebihan asam urat dalam darah dapat menyebabkan DE dengan melalui 3 jalur sebagai berikut:

(1) disfungsi endotel (kerusakan pada sel-sel yang melapisi permukaan bagian dalam pembuluh darah) yang dapat diakibatkan oleh:  proliferasi atau pertumbuhan otot polos pembuluh darah dan menurunnya nitrogen monoksida (NO),

(2) meningkatnya stres oksidatif yang dapat diakibatkan oleh bertambahnya oksigen radikal bebas,

(3) teraktivasinya sistem angiotensin renin lokal yang dapat diakibatkan oleh meningkatnya stres oksidatif dan inflamasi, serta menurunnya NO. Terjadinya proliferasi otot polos pembuluh darah tersebut akan menyebabkan terjadinya penumpukan plak, yang pada gilirannya menghambat aliran darah — komponen penting untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi. Sebaliknya, ketersediaan NO sangat dibutuhkan untuk relaksasi otot-otot halus corpora cavernosa (otot penis) dan ereksi. Asam urat yang tinggi akan menurunkan aktivitas enzim NO sintase, akibatnya produksi NO juga rendah. Akhirnya, terjadilah pengurangan dilasi (pelebaran) yang diperantarai-aliran di dalam pembuluh darah tersebut. Sementara, telah ketahui bahwa dilasi tersebut dapat berkembang terutama jika terjadi pelepasan NO oleh sel-sel endotel.

Faktor-faktor Risiko dan Cara Menguranginya

Dari hasil penelitian tersebut, kiranya telah cukup bagi yang berisiko tinggi haruslah lebih mewaspadai kadar asam urat di dalam darahnya. Mereka itu ialah (1) yang biasa mengkonsumsi makanan yang purin dan alkohol; (2) yang memiliki tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas dan hiperkolesterolemia; (3) yang mengkonsumsi obat seperti diuretik (aspirin); (4) yang memiliki riwayat keluarga dengan sejarah asam urat tinggi; (5) pria memiliki risiko lebih besar daripada wanita. Pada pria, produksi asam urat akan meningkat setelah pubertas, dan pada wanita meningkat setelah menopause dan akan memiliki risiko yang sama besarnya dengan pria. Gout lebih sering terjadi pada pria di atas usia 45 tahun, tetapi bisa terjadi pada siapa pun dan pada usia berapa pun.     Risiko tersebut di atas dapat dikurangi dengan strategi sebagai berikut:

  1. Memeriksakan kadar asam urat darah setiap 6 bulan. Kadar asam urat terbaik ialah  kurang dari 6,0 mg/dl, tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Kisaran terbaik untuk asam urat adalah 2-5 mg / dl. Ingat ketika memeriksakan kadar asam urat, haruslah memastikan tolok ukur kesehatan lainnya juga sehat, yaitu: tekanan darah 130/80 mm Hg atau kurang, dan 140/90 mm Hg atau lebih tinggi untuk yang  hipertensi, kadar gula darah 100 mg/dl atau kurang (puasa), kolesterol 200 mg/dl atau kurang, kolesterol HDL(baik) 40-60 mg/dl (semakin tinggi semakin baik),  kolesterol LDL (buruk) 130 mg/dl atau kurang, dan detak jantung 60-100 denyut/menit.
  2. Menerapkan diet seimbang dengan menghindari konsumsi alkohol, makanan yang tinggi purin dan fruktosa. Diet memainkan peran dalam pengelolaan gout. Mengingat asam urat terbentuk dari purin, maka diet rendah purin akan membantu mengendalikan kadar asam urat darah. Karenanya hindarilah mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi (≥ 400 mg asam urat /100 g) seperti daging organ atau jeroan (ampela, hati, usus, limpa, paru-paru, ginjal), ikan sarden, dan jamur (mushroom), hindari pula daging merah (domba dan babi), hasil laut (udang, kerang, dan teri), dan minuman keras (alkohol). Batasi pula konsumsi makanan yang mengandung fruktosa tinggi, biasanya digunakan untuk pemanis minuman ringan dan jus, sereal, roti, es krim dan permen. Sebuah studi tahun 2004 yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine menerangkan bahwa setiap porsi tambahan daging merah kaya purin berkaitan dengan peningkatan risiko gout pada pria di atas usia 40 sebesar 21%. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Hyon K. Choi  dari The Rheumatology Unit, Department of Medicine, Massachusetts General Hospital, dan kolega tersebut, juga menyatakan bahwa masing-masing tambahan porsi makanan laut mingguan berkaitan dengan 7% peningkatan risiko gout.
  3.  Olahraga atau latihan secara teratur. Orang dewasa harus melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang (berjalan cepat, berenang, memotong rumput, meneri, bersepeda di tanah yang rata) setidaknya 30 menit setiap hari dalam seminggu.
  4. 4. Mempertahanakan berat tubuh yang sehat.  Orang yang gemuk [ndeks massa tubuh didefinisikan berat tubuh (kg) dibagi tinggi tubuh (m) kwadrat) sebesar ≥ 30] memiliki risiko 4 kali lebih besar terjadi pengembangkan gout daripada seseorang dengan berat badan ideal.
  5. Minum yang cukup. Ahli diet merekomendasikan minum air setidaknya 64 ons (1,89 l) setiap hari, dan lebih banyak lagi bagi yang suka berolahraga. Beberapa ahli percaya bahwa minum air putih dapat membantu mengeluarkan asam urat dari aliran darah. Hindari minuman olahraga yang dimaniskan dengan sirup jagung fruktosa tinggi.

Sekali lagi, bagi yang berisiko tinggi kadar asam uratnya, mari menerapkan startegi pola hidup sehat tersebut sebagai bukti memang benar adanya bahwa “tua-tua keladi, makin tua makin menjadi”. Bukan hanya menunjukkan semakin tua usianya, dan semakin banyak pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga semakin “joss” daya vitalitasnya sebagai lelaki!

*Artikel ini telah dipublikasikan di dalam buku Ketahanan dan Keamanan Indonesia: Sekarang dan Ke Depan, PATPI, 2020, dapat diakses melalui http://reader.mercubuana-yogya.ac.id/index.php/display/file/17271/1/

Referensi

  • Chen, Y.-F., Lin, H.-H., Lu, C.-C., Hung, C.-T., Lee, M.-H., Hsu, C.-Y., & Chung, W.-S. (2015). Gout and a Subsequent Increased Risk of Erectile Dysfunction in Men Aged 64 and Under: A Nationwide Cohort Study in Taiwan. The Journal of Rheumatology, 42(10), 1898–1905. https://doi.org/10.3899/jrheum.141105
  • Choi, H. K., Atkinson, K., Karlson, E. W., Willett, W., & Curhan, G. (2004). Purine-Rich Foods, Dairy and Protein Intake, and the Risk of Gout in Men. New England Journal of Medicine, 350(11), 1093–1103. https://doi.org/10.1056/NEJMoa035700
  • Hsu, C. Y., Lin, C. L., & Kao, C. H. (2015). Gout is associated with organic and psychogenic erectile dysfunction. European Journal of Internal Medicine, 26(9), 691–695. https://doi.org/10.1016/j.ejim.2015.06.001
  • Schlesinger, N., Radvanski, D. C., Cheng, J. Q., & Kostis, J. B. (2015). Erectile dysfunction is common among patients with gout. Journal of Rheumatology, 42(10), 1893–1897. https://doi.org/10.3899/jrheum.141031
  •  Grover SA, Lowensteyn I, Kaouache M, Marchand S, Coupal L, DeCarolis E, et al. The prevalence of erectile dysfunction in the primary care setting: importance of risk factors for diabetes and vascular disease. Arch Intern Med 2006;166:213-9.

By Dr. Ir. Wisnu Adi Yulianto, MP

Dr. Ir. Wisnu Adi Yulianto, MP. Dosen Magister Ilmu Pangan (S2) dan Teknologi Hasil Pertanian (S1), Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, dan Pengurus Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) pangandangizi.com : turut serta menyediakan informasi dan edukasi pangan dan gizi untuk meningkatkan kesehatan anak bangsa. Menjadi media komunikasi yang memberikan solusi terhadap permasalahan pangan dan gizi bangsa.

Daftar Isi